Hati hati ini bisa membuat anda terkena TBC
Kebiasaan Ini yang Buat Tuberkulosis Menahun
Indonesia merupakan negara dengan beban tuberkulosis (TB) terbesar keempat terbesar di dunia. Setiap tahunnya, 730 ribu kasus tuberkulosis terjadi di Indonesia. Bukan hanya soal penyebarannya yang patut dicegah, pengobatan yang tidak tuntas juga menjadi salah satu alasan banyaknya pengidap TB di negara ini.
Waktu pengobatan yang panjang, memang membuat pengidap tuberkulosis kerap tidak menyelesaikan pengobatannya. Umumnya, mereka akan menyudahi pengobatan pada dua bulan pertama. Ketika diri sudah merasa sehat, penderita kerap tidak lagi melanjutkan pengobatannya dan membiarkan diri resisten terhadap obat.
"Merasa sudah sehat, badannya sudah enak, sudah gemuk lagi, sudah bisa begadang lagi, jadi obatnya ngga dilanjutkan," ujar Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dr Arifin Nawas dalam acara “Soho #BetterU: Hari Tuberkulosis” di Hotel Akmani Jakarta, Rabu 19 Maret 2014.
Padahal, menurut dr Arifin, pengobatan tuberkulosis seharusnya dilakukan minimal 6 bulan. Dua sampai tiga bulan pertama pengobatan, hanyalah tahap awal obat membunuh bakteri atau basil tuberkulosis yang ada dalam tubuh. Dalam tahap ini, tubuh belum benar-benar bersih dari TB.
Saat tubuh mulai baik, biasanya TB hanya "tertidur" atau tidak aktif dan bisa kembali menyerang jika sistem imunitas tubuh kembali menurun. Karena itu dibutuhkan pengobatan lanjutan selama 4 hingga 7 bulan tanpa putus. Ini dilakukan agar bakteri benar-benar hilang dari tubuh.
"Pada fase pengobatan lanjutan yaitu empat sampai tujuh setelah kuman pertama dibunuh maka selanjutnya adalah proses sterilisasi seluruh kuman yang ada," jelas dokter yang sehari-hari berpraktek di RS Persahabatan Jakarta ini.
Jika pasien tidak mematuhi proses pengobatan, tubuh akan menjadi resisten terhadap obat tuberkulosis. Sehingga, pengobatan yang dilakukan akan memakan waktu yang jauh lebih lama, yaitu hingga 2 tahun.
Bukan hanya lebih lama, pengobatan pun menjadi lebih sulit dan lebih menyakitkan dibanding pengobatran sebelumnya. Efek sampingnya bahkan bisa membuat pasien berhalusinasi.
Karenanya, lanjut Arifin, penderita tuberkulosis dalam proses pengobatan memerlukan Pengawas Minum Obat (PMO) yang bertugas mengawasi dan memperingati keteraturan minum obat
Waktu pengobatan yang panjang, memang membuat pengidap tuberkulosis kerap tidak menyelesaikan pengobatannya. Umumnya, mereka akan menyudahi pengobatan pada dua bulan pertama. Ketika diri sudah merasa sehat, penderita kerap tidak lagi melanjutkan pengobatannya dan membiarkan diri resisten terhadap obat.
"Merasa sudah sehat, badannya sudah enak, sudah gemuk lagi, sudah bisa begadang lagi, jadi obatnya ngga dilanjutkan," ujar Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, dr Arifin Nawas dalam acara “Soho #BetterU: Hari Tuberkulosis” di Hotel Akmani Jakarta, Rabu 19 Maret 2014.
Padahal, menurut dr Arifin, pengobatan tuberkulosis seharusnya dilakukan minimal 6 bulan. Dua sampai tiga bulan pertama pengobatan, hanyalah tahap awal obat membunuh bakteri atau basil tuberkulosis yang ada dalam tubuh. Dalam tahap ini, tubuh belum benar-benar bersih dari TB.
Saat tubuh mulai baik, biasanya TB hanya "tertidur" atau tidak aktif dan bisa kembali menyerang jika sistem imunitas tubuh kembali menurun. Karena itu dibutuhkan pengobatan lanjutan selama 4 hingga 7 bulan tanpa putus. Ini dilakukan agar bakteri benar-benar hilang dari tubuh.
"Pada fase pengobatan lanjutan yaitu empat sampai tujuh setelah kuman pertama dibunuh maka selanjutnya adalah proses sterilisasi seluruh kuman yang ada," jelas dokter yang sehari-hari berpraktek di RS Persahabatan Jakarta ini.
Jika pasien tidak mematuhi proses pengobatan, tubuh akan menjadi resisten terhadap obat tuberkulosis. Sehingga, pengobatan yang dilakukan akan memakan waktu yang jauh lebih lama, yaitu hingga 2 tahun.
Bukan hanya lebih lama, pengobatan pun menjadi lebih sulit dan lebih menyakitkan dibanding pengobatran sebelumnya. Efek sampingnya bahkan bisa membuat pasien berhalusinasi.
Karenanya, lanjut Arifin, penderita tuberkulosis dalam proses pengobatan memerlukan Pengawas Minum Obat (PMO) yang bertugas mengawasi dan memperingati keteraturan minum obat
Comments
Post a Comment